Jumat, 30 Maret 2018

Day 10 level 9

Hari ini dimulai lagi dengan kreatifitas spontan kakak, dimana saat mainannya "nyangkut" di rel atas korden, dan berulang kali minta tolong ke saya, tapi tidak kunjung saya iyakan, lantas kakak ambil kursi dan menyusun legonya hingga panjang mirip kail, dia naik kursi dan didorong dari bawah itu maiannya yang nyangkut, voila, mainannya berhasil jatuh ke bawah 😎

#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative

Minggu, 25 Maret 2018

Day 12 level 9

Setiap hari pasti saya akan bertemu dengan lego kakak yang kecil kecil tersebar di setiap sudut rumah, karena ditumpahkan dari box penyimpanannya, setiap hari dan ratusan kali saya pun merapikannya, kaka bantu sih tapi just a little 😁, karena belum bisa fokus menyelesaikan tantangan yang dia buat sendiri, kemudia tercetuslah ide untuk memindahkan semua legonya ke kantong plastik besar, jadi kakak ngga perlu menumpahkan semua legonya ke lantai, untuk menyusun beragam bentuk robot sesuai imajinasinya, kenapa kakak suka menumpahkan semua lego dari box penyimpanannya, karena kakak sukanya menyusun bentuk robot/bangun dengan balok yang memiliki kesesuain bentuk dan ragam warna yang sama, okelah tantangan terselesaikan

#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative


Kamis, 22 Maret 2018

Day 9 level 9

Saat masak tiba tiba kehabisan salah satu bahan untuk bumbu masakan, saya sering seperti ini, karena PEDE kalau bahan masih komplit ternyata ZONK πŸ˜†, biasanya saya cari alternatif bahan yang sekiranya bisa upgrade rasa, atau masukkan aja semua yang ada, hehe, pernah suatu hari saya kehabisan bawang merah, hanya ada bawang putih, bombay, daun bawang, seledri, saya putuskan untuk buat cap cay saja, dengan menggunakan semua bahan tadi, saya tumis di awal, alhamdulillah hasil akhirnya tetap memuasakan ukuran lidah saya dan anak anak, bersyukur tetap membuat semuanya menjadi indah eh enak kalau buat saya ☺

#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative

Day 8 level 9

Menjadi orangtua dengan anak anak yang luar biasa berpotensi adalah anugrah yah, hanya ketelatenan, ulet, sabar dalam mendampingi mereka berproses menjadi manusia itu rasamya luar biasa perjuangannya, terutam untuk saya yang sampai sekarang masih terus belajar sabar, menghadapi masalah lain saya mudab untuk sabar akhirnya tapi untuk anak anak saya kadang masih kelepasan marah😸, apalagi saat tantrum, nah kakak termasuk anak yang suka nego dengan seribu atau mungkin jutaan alasan, contohnya saat mandi, kalau adek, begitu bundanya bilang "yuk mandi", adek cus ke kamar mandi, buka baju, nah kalau kakak, pasti jawabannya "aku ngantuk, aku lemah, aku mau makan dulu, aku mau nonton", lalu ngerengek dan marah, dsb dsb dsb, duh pegel pokoknya, akhirnya saya menawarkan saja ke dia setelah baca baca buku parnthink ny mba mona ratuliu yang kebetulan anak cowonya juga setipe sama kakak, saya bilang " mau mandi sendiri atau sama bunda?", mau ga mau tetep mandi kan pilihannya 😸, akhirnya dia pasti langsung cuss ke kamar mandi krn mau dimandiin bundanya.

#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative

Day 7 level 9

Makan sayur itu momok terbesar buat orang tua plus anak, apalagi kalau orang tuanya juga ngga suka makan sayur, alhamdulillah nya saya dibesarkan di keluarga pecinta buah dan sayur, jadi makan sayur wajib ada di menu harian, terlebih saat ini saya menerapkam pola makan eat clean dimana konsumsi sayur diperbanyak, alhamdulillah lagi karena anak anak peniru ulung, jadi saat saya asik makan sayur mentah mereka pun serta merta ikut mencoba makan, meski masih sering "dilepeh" untuk sayur yang rasanya getir seperti kale hehehhe, beberapa bulan lalu saya coba mengakrabkan anak anak dengan brokoli, ditumis mereka masih segan untuk memakannya, kemudian saya kreasikan saja dengan digoreng dengan tepung, setelah sebelumnya saya baca baca kalau brokoli melalui proses pemasakan pun tidak serta merta hilang khasiatnya, jadi saat mentah manfaatnya X, saat masak manfaatnya Y, dan alhamdulillahnya lagi anak anak suka sekali dengan penampakan baru si brokoli dalam bentuk crispy, tapi sekarang meski cuma dibuat sop anak anak sudah mudah menerima

#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative

Rabu, 21 Maret 2018

Day 6 level 9

Karena seringnya saat saya sibuk dengan pekerjaan tidak bisa ditunda atau di sela, jadi anak anak belajar untuk mandiri dan kreatif dalam menyelesaikan tantangan yang mereka hadapi, salah satu contoh adalah saat mengenakan baju yang dalam posisi terbalik, saya lumayan amazed dengan ide kakak, yaitu dengan cara memasukkan kedua kakinya ke bagian lengan, kemudian kaki ditarik ke atas untunk menarik keluar sisi luar si baju yg dalam kondisi terbalik, dan akhirnya baju pun bisa langsung dikenakan seperti biasa, kiddos will always find their own way to solve it 😊

#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative


Selasa, 20 Maret 2018

Day 5 level 9

Saat kami berlibur ke singapura beberapa waktu lalu, saya sebagai seksi akomodasi, konsumsi selalu putar otak supaya gimana bisa liburan happy tapi program eat clean berjalan lancar, akhirnya kami membawa rice cooker sendiri dalam ukuran kecil beserta bahan pangan kering, serta mie, kemudian saat packing, agar koper muat banyak, semua pakaian saya tentukan hanya 1 pc untuk per hari, plus baju tidur cukup 1,krn kami pasti lebih sering di luar hotel daripada tiduran, rasanya cukup, metode pelipatannya pun dengan metode gulung, dan alhamdulillah baju saya dan anak anak serta suami, rice cooker, segala makanan, plus sandal pun masih sisa banyak, daftar koper 25kg hanya terpakai 17kg 😊

#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative

Day 4 level 9

Mengenai pertikaian kakak adek yang tidak pernah usai, sampai sekarang pun saya masih belum bisa 100% menahan amarah saat anak anak sudah mulai bertengkar, apalagi kalau bertengkarnya karena berebut mainan, kalau sudah begini akhirnya senjata utama saya adalah menginfokan ke salah satu pihak yg sedang memegang sumber pertengkaran a.k.a mainan, bahwasanya its ok kamu main dulu, tapi setelah itu tolong pinjamkan ke kakak/adek, karena dia juga sama seperti km, ingin main, nanti kalau sudah, boleh kamu pinjam lagi, tapi setelah dia setuju, jangan direbut, meski belum terlalu sering berhasil, paling tidak saya berusaha πŸ˜†

#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative

Day 3 game level 9

Flashback waktu kakak masih umur 3 tahun yah, saat dimana demam GTM melanda, hehe, masalah klasik ibu ibu, seingat saya saat itu demi bisa mengatasi GTM kakak, saya sampai buatkan nasi goreng kemudian dibungkus kertas coklat dan dimasukkan ke dalam plastik, seperti seolah olah makanan beli, iya karena waktu itu kakak hanya mau makan makanan beli πŸ˜‚

#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative

Day 2 level 9

Hari ini mau bercerita soal kreatifitas pada anak, anak anak masih suka minum susu, tapi terkadang ibunya saat super sibuk jadi ngga sempat untuk membuatkan susu, jadilah kakak yang ngga kurang ide lantas menyiapkan sendiri susunya, dia sudah hapal betul dimana simpan susu dan gula nya, kemudian meraciknya, bahkan adek pun dibuatkan juga, daripada sebel ngga juga dibuatkan oleh ibunya akhirnya dia buat sendiri, pernah susu sudah habis akhirnya buat minuman dari bubuk coklat, tapi kakak belum paham kalau bubuk coklat itu rasanya pahit, akhirnya kebuang deh, hehe, tak apalah yang penting sudah timbul kemandirian karena terpaksanya

#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative

Day 1 game level 9

Dalam keseharian tantangan terbesar saya adalah rasa malas dan semangat ntar besok πŸ˜†, jadi saya memotivasi diri untuk abaikan malas, dengan cara langsung kerjakan sekarang semua to do list tanpa jeda istirahat, dan dikerjakan bersamaan (misal sambil masak saya nyuci baju atau menjawab orderan/menyiapkan data pembeli yang akan diprint, plus saya suka maksa sambil olahraga juga), karena jika sudah berjeda, misal leyeh leyeh dulu, sambil buka hape pasti nanti saya jadi malas, dan timbula lah "tar sok" hehhe, alhamdulillah akhir akhir ini target kerjaan yang meliputi domestik dan pekerjaan ol shop terlampaui dg mudah dan terselesaikan, meski pada akhirnya saya jadi super kelelahan, saya sedang mencari cara bagaimana agar tidak terlalu lelah

#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative

Senin, 19 Maret 2018

Resume materi ke9 kreatifitas

Menumbuhkan kreatifitas pada anak ternyata mutlak salah karena sejatinya anak terlahir kreatif, para orangtua lah seringnya yang berperan besar mematikan kreatifitas tersebut, karena terbentur penilaian orang lain, aturan, tidak mau repot, dan lain sebagainya, contoh hal dari melihat gambar di bawah ini


Gambar pertama : ordernya untuk membuat satu garis lurus tanpa terputus tapi mengenai semua titik, saya langsung berpikir oh buat seperti huruf G saja, ternyata dari jawaban teman teman banyak yang luar biasa ada yg seperti huruf S, panah, kotak berisi silang dan lain sebagainya, ternyata menepuh satu tujuan bisa dengan berbagai cara yah ☺.

Kemudian lanjut di gambar ke dua, saat melihat benda tersebut apa yang bisa dipikirkan kegunaannya apa saja, ternyata dari jawaban teman teman luar biasa juga, bisa untuk piring bersusun untuk display makanan, untuk melukis, tempat decor bunga, sedangkam gelas untuk tempat alat alat tulis, untuk pot tanaman, dan lain sebagainya.
Lalu bagaimana saat kita melihat gambar tersebut di bawah ini :


Pertanyaannya manakah yang termasuk dalam evolusi, sintetis, revolusi (ketiga hal ini adalah penentu kreatifitas), adapun pengertian masing masing sebagai berikut
Jawabannya adalaha :
Evolusi : payung
Sintetis : lilin
Revolusi : pintu

Satu kata yang bisa saya ucap, yaitu LUAR BIASA idenya, saya pun tidak terpikirkan, padahal penting dalam hidup untuk berpikir OUT OF THE BOX
Meski saya pribadi, mengakui jika lebih sering mengikuti "cara" yang ada.

Tantangan terberat dalam memunculkan kreatifitas kita biasanya rasa malas berpikir lebih jauh, butuh motivasi, takut salah, lebih banyak khawatir akan hasilnya, dan lain sebagainya, untuk itu harua di cut off dan harus berubah, no excuse, siap membersamai dan memperlakukan anak sesuai fitrahnya.
AHA momentnya adalah 

*intellectual couriosity ➡ create*
*imagination ➡ art discovery*
*invention ➡ nobel attitude*

Kemudian lanjut mengenai pertanyaan yang diajukan oleh member IIP Tangkot sebagai berikut : 

1. Ria

Izin bertanya,

Eh, tapi sebelumnya mau kasih intro dulu πŸ˜¬πŸ˜„

Benar-benar oleng ya kalo gak ngikut materi dari awal. super duper seru. Baper abis. Bawa perasaan sampe perasaanya abis terus jd bawa perubahan.


Saya dan suami termasuk anak2 yang karbitan. Belum waktunya sekolah, udah sekolah. Gak ada rasa malas sampai mogok sekolah sih, tapi jadi ada perasaan "kuliah lagi? males banget deh sama tugas2nya". ini kan berarti malas belajar ya, mgkn ini efeknya karbitan. πŸ˜…πŸ€­

Nah meskipun saya dulu 3th sudah TK, sekarang saya jadi sadar banget (InsyaAllah, semoga gak tiba2 amnesia) kalau jangan menggegas. Saya gak mau Ahnaf terlalu digegas. Cuman, Pak Suami masih terbawa masa lalu. "Aku dulu fine2 aja kok TK umur 3th". "Ya minimal Ahnaf ikut TPQ lah", dll. Disitu saya merasa gemes.
Saya bilang "belajar sama mama aja iqro'nya. masa udah ikut tahsin gak bisa ngajari anak"πŸ˜…. Tapi ya gitu anaknya belum tertarik belajar iqro'. 

Kadang suami mau ngikuti saya, tapi nanti tiba2 terprovokasi lingkungan apalagi sepupunya yg sepantaran thn ini sekolah.

Mohon pencerahan supaya suami bisa teguh pendirian tdk mudah terprovokasi, tdk mudah menggegas, itu caranya bgmn ya?

Terima kasih.

▶ Selamat malam Mbak Ria yg baik. Alhamdulillah saya ikut bahagia dan mengapresiasi kegigihan Mbak dan semangatnya. Alhamdulillah sudah sadar dari 'pingsan' yg lama ya mbak πŸ˜ƒ

Kalau suami mbak masih belum teguh pendirian ya tidak apa-apa. Artinya beliau memang masih terkungkung dalam box pikirannya. Beliau belum berani utk melangkah keluar dr zona nyamannya.

Pertanyaannya adalah bagaimana agar suami mbak bisa stay cool dg pendapat orang-orang sekitar? Hanya satu yg bisa saya sarankan, temukan dulu *why* (dorongan/motif/alasan) merekonstruksi sistem pendidikan bagi anak-anak. Setelah mengetahui why-nya apa maka akan sangat mudah dan ajeg utk konsisten berada pd pilihan yg telah dibuat.

Menurut teman-teman adakah pendapat lain selain menemukan "why" nya apa? Boleh ditambahkan bila ada yg memiliki pendapat lain 😊✅

Tambahan jawaban dari peserta :
[19/3 20.16] ‪+62 812-9582-3453‬: Banyakin pillow talk / family forum juga kali ya mba..  Biar "why"nya tetap terjaga #bener ga sih inii

[19/3 20.17] ‪+62 857-9560-2410‬: Lihat keunikan anak dulu, menerima apa adanya anak, dan nanti kayaknya kita yang jadi paling tahu anak kita itu siapa dan bagaimana. Kok rasanya sayang kalau dikasih ke orang/pihak sekolah/sistem yang malah tidak mendukung potensi anak kita.

[19/3 20.18] ‪+62 896-0809-2002‬: Setuju sekali teh strong why ini bs jd dorongan kuat kita. Ini berasa bgt kelar sharing td pagi langsung share ke pak suamik akhrnya qt kembali kpd strong why awal yg qt buat. Yg awalnya sempet buat jalur baru yg tak semestinya.
Makasih teh sdh membangunkan dr pingsan yg panjang ini.

[19/3 20.18] ‪+62 838-7081-0223‬: Pengalaman mba ria hampir sama dg saya, usia Qanita 4th sempat ada perbedaan saya dan suami ketika memutuskan memasukkan PAUD ataupun TK nanti..

Setuju dengan teh ilva, saya dan suami masing2 mengemukakan kenapa anak harus dimasukkan PAUD dan kenapa saya lebih memilih tidak.

Ternyata suami masih 'khawatir' dg sosialisasi Qanita karena memang Qanita sebelum usia 4th terlihat 'agak lama' untuk beradaptasi dg orang.

Perlahan diberikan penjelasan ttg penting tidaknya sosialisasi pada anak di bawah 7th Dan mendengarkan langsung dari yg 'ahli' akhirnya suami ikut memutuskan untuk tidak memasukkan PAUD dan TK dan ini juga dg sepersetujuan Qanita untuk 'sekolah di rumah sama Bunda'..

Ikut share jugaπŸ™πŸΌ
[19/3 20.19] ‪+62 856-2464-8250‬: Aha, betul sekali. Dari pillow talk dan family forum ini cikal bakal kita bisa menemukan why dan misi hidup kita serta keluarga. Teman-teman apakah suka melakukan kedua aktivitas ini?

[19/3 20.21] ‪+62 811-9542-406‬: Mungkin bisa juga ajakin liat kasus2 yg anaknya sekolah dini,  ada yg biasa2 aja tapi bisa juga anak akan a, b, atau c. Terus ya itu buktikan kita bisa mengajar anak di rumah( menstimulasi), kalo saya si begitu. Tiap plng anak cerita, pah aku tadi bikin ini loch ma mamah, dan bla bla bla

[19/3 20.29] ‪+62 856-2464-8250‬: Ah betul ini, ini gaya komunikasi saya dg suami. Saya menyadari ilmu parenting saya dg suami masih lebih 'khatam' saya. Namun kita tetap harus menghargai posisi suami sehingga saya berusaha tdk menciderai egonya sbg pemimpin keluarga. Sehingga saya lebih sering mengajukan pendapat dan beranalogi alih-alih mengarahkan suami 😊

Ini lbh bisa diterima dan beliau merasa dihargai karena dilibatkan dalam mengambil keputusan bagi keluarga yg dibinanya.

2⃣ Gita

Saya mau tanya
1. Untuk usia dibawah 5th, apa boleh diajarkan sesuatu yg bersifat ilmiah seperti percobaan sains gitu. Sebenernya yg dominan pasti ortunya, tapi ingin anak banyak bertanya gitu. Ko bisa gini ko bisa gitu. 
2. Apa bedanya mendikte dengan mengarahkan,  terkadang dlm bermain dengan anak kita kasih alat ini itu terus dia lakukan sesuai petunjuk kita. Nah ini mendikte atau mengarah kan? Karena anak saya belom bnyk berkreasi. Sesuai petunjuk aja gtu. Apa harus ditinggalkan aja gtu ya. Jadi ada sesi bermain dengan ibunya ada sesi dia bermain sendiri.

➡ Hai Mbak Gita, saya coba jawab ya..

1. Sangat boleh, apakah ada literatur atau aturan baku yg melarang utk melakukan percobaan sains bagi anak-anak dibawah 5 tahun?
Anak-anak pasti akan sangat excited dan senang dilibatkan dalam prosesnya. Kuncinya adalah bebaskan mereka bereksplorasi ketika berkegiatan tersebut. 

Wajar jika kita yg ingin anak kita banyak bertanya. Maka pancinglah anak-anak dg pertanyaan jangan *pernyataan*. Tidak perlu "sok tahu" menceritakan akan bagaimana hasil dr percobaannya. Namun stimulus anak-anak dg pertanyaan yg mengundang keingintahuannya. "Kira-kira nanti akan jadi apa ya Dek jika air bening ini kita tetesi pewarna merah ini? Yuk kita coba dan lihat hasilnya", dst.

2. Mendikte itu adalah ketika kita menyuruh anak dan tidak memberikan anak peluang utk menyuarakan keinginannya. Sedangkan dalam hal mengarahkan disana ada apresiasi kita terhadap inisiatif anak, terdapat negosiasi, dan kesepakatan antara maunya kita dg anak. 

Kembali lagi kuncinya adalah rangsang anak dg pertanyaan atau biarkan saja dia mengeksplore sendiri. Kalau tidak menunjukkan inisiatif bisa jd selama ini kita yg lebih dominan mengatur bagaimana anak harus bermain dg semestinya. Coba cek apakah kita lebih dominan memberitahu harus begini dan begitu pd anak. Ataukah kita lebih memerdekakan anak utk mengeksplore dirinya?

Boleh teman-teman menambahkan jika ada yg dirasa kurang tepat, feel free ya 😊

3⃣ Dewi

Mau nanya tentang bagaimana spy percaya diri dan bisa kreatif mjd ibu. Msh terfokus pekerjaan ditempat kerja dan kerjaan dirumah. Msh merasa kurang waktu untuk belajar apalagi untuk menjadi kreatif.

Tugas kuliah jg sk males jdnya nunggu dikumpulkan kapan baru ngebut atau minta copas dari temen gmn spy jd kreatif ya?

▶ Mbak Dewi apa yg membuat mbak merasa tidak percaya diri? Kreatif itu akan muncul ketika kita merasa nyaman dg kondisi diri kita. Jika kita tertekan pastilah kreatif itu tidak serta merta akan muncul kan, begitu tidak?

Yg sering saya dengar dr Bu Septi adalah. Bersungguh-sungguhlah utk fokus ketika kita sedang bekerja baik di ranak publik maupun ranah domestik. Fokuskan pikiran dan raga kita menjalani peran tersebut di kandang waktu yg sudah ditetapkan. Kemudian ketika selesai maka segera switch pikiran dan raga kita utk menjalani kegiatan selanjutnya yg sudah menunggu kita. Agak susah memang karena saya masih berproses juga utk bisa fokus 100% pd aktivitas yg sdg saya kerjakan. Tp percayalah jika sudah kita coba dan berusaha utk konsisten maka akan terlihat celahnya.

Mbak bilang ada rasa malas, nah rasa ini lah yg sebenarnya kunci memacu kreatifitas. Tidak ada kata lain selain melawannya. Karena orang kreatif itu no excuse.

4⃣ Imah

Apakah para ortu diharapkan mampu mnerapkan ootb pada anak2 dri masa kecil hingga dewasa kah?

Lalu...ootb yg bagaimana yg diterapkan pada anak? Sekreatifnya anak? Atau tetap ada batasan2 yg berkaitan dg norma khidupan?

Jika ada batasannya...maka yg bagaimnakah itu?.
Maaf panjaaang ☺πŸ™πŸ»

 Ootb kayaknya Out Of The Box ya πŸ€”

▶ Mbak Imah, ini opini pribadi saja ya boleh setuju boleh tidak. Kalau menurut saya tidak wajib para ortu harus menerapkan out of the box pd anak-anaknya. Sebab tidak semua orangtua merasa sadar harus bisa menerapka pola pikir out of the box pd anak-anaknya. Namun, bagi orangtua yg sudah paham ilmunya apalagi sudah bangun dr pingsannya dan tersadar secara penuh maka ini mutlak menjadi kewajiban, suka maupun tidak. Karena pengetahuan atau ilmu kita kelak yg akan ditanya kebermanfaatannya bagi keluarga kelak.

Apakah menerapkan out of the box anak hingga dewasa? Wah, tentu tidak perlu mbak. Apalagi jika kita mulai sedari dini mematik intellectual couriousity mereka maka ketika usia aqil baligh anak sudah punya inisiatif sendiri tdk perlu kita arahkan. Maka obrolan pun akan dipenuhi dg apresiasi dan klarifikasi atas semua ide anak-anak kita.

Kreatif itu tidak tanpa batas, yg membatasi adalah larangan dalam kitabullah dan norma yg disepakati oleh masyarakat dalam kehidupan kita. 

Pertanyaan menariknya adalah, apa saja kira-kira larangan yg mengikat kreatifitas itu dlm norma agama dan norma masyarakat? Adakah teman-teman yg bisa memberikan contohnya?

Tanggapan penanya :
[19/3 21.43] ‪+62 821-3334-4516‬: Iya mbk ilva mbk gita...alhamdulillah paham, tinggal paragraf trakhir yg masih pnasaran 😁

[19/3 21.44] ‪+62 821-3334-4516‬: Karna kdang klo ngikutin anak...kepentok dg aturan2tertentu...sehingga ortu dianggap kolot. Pdahal tujuannya baik *mnurutortu

Kesimpulan yang bisa saya tarik :
Anak terlahir dengan takdir fitrah masing masing, kreatifitas sudah menempel erat dengannya, tugas menjadi orang tua adalah membersamai mereka untuk tumbuh bersama kreatifitas yang dapat menentukan mereka menjadi manusia seutuhnya tanpa fitrah yang tercederai, saya pribadi masih sangat sangat jauh dari sosok orang tua sempurna, karena saya masih sering melibatkan emosi ketika melihat kreatifitas anak dari kaca mata saya, kreatif tak jarang bersinggungan dengan "berantakan" menurut saya yang sangat menjunjung kerapian, jadi saya harus harus dengan sangat berubah, tak ada yang tak mungkin.